Muslim Negarawan
Itu merupakan salah satu slogan mahasiswa pergerakan di Solo. Membaca slogan tersebut aku merasa tersindir karena kedua hal itu tidak pernah bisa melekat dalam tubuh, bahkan citra diriku saja tidak pernah bisa menampilkan kedua hal tersebut.
Menjadi seorang muslim merupakan sebuah cita-cita bagi diriku. Muslim bagi aku bukan sekedar beragama Islam, ketika bertemu mengucapakan Assalamualikum, memanggil temannya dengan sebuah panggilan 'antum' / 'anti' atau 'akhi' / 'ukthi', sholat di masjid tepat waktu, sering ikut kajian, hafal Al-Quran lebih dari 30 surat, dll. Itu semua memang bukan hal yang biasa aku lakukan sehingga aku iri dengan orang-orang yang bisa melakukannya.
Tapi bukan karena keirianku, karena mereka lebih baik dari saya, trus mengecap mereka bukan muslim. Setauku muslim itu orang yang memeluk agama Islam, jadi siapa saja yang beragama Islam berhak menganggap dirinya muslim, termasuk mereka dan saya.
"Trus kenapa aku menganggap diri aku belum muslim?" padahal aku juga beragama Islam!
Bagi aku, muslim bukan sekedar beragama Islam, tetapi juga menjalankan ajaran-ajaran didalam agama dan menjauhi segala larangannya. Dan itu aku belum bisa melakukannya.
"Tetapi orang-orang diatas kan sudah melakukan semua perintah-Nya?" mulai dari sholat sampai amalan-amalan kecil lainnya!
"Iya, betul, tetapi apakah mereka juga peduli dengan masyarakat sekitarnya?" Mereka lebih peduli dengan saudaranya di Palestina sana bahkan sampai berdemo
"Apakah masyarakat sekitarnya bukan saudaranya?" Kalau aku menganggap disekitarku adalah suadaraku karena aku lahir disini, dibesarkan disini, ketika susah juga orang disini yang membantuku dan aku lebih bangga memasang sang Merah Putih di jaket daripa bendera negara lain.
"Memasang bendera negara lain di jaket apakah bisa disebut negarawan?" Setauku negawaran itu orang yang cinta negaranya dan mau berkorban untuk negaranya, bukan orang yang ikut mengatur negara ini, apalagi memakai identitas negara lain.
"Apakah pernah mendengar seorang negarawan yang mengaku dirinya 'negarawan'?" Seingatku sich belum pernah, mungkin aku masih terlalu muda dan kurang banyak membaca ataupun dengerin berita tentang seorang yang mengaku negarawan, semoga saja aku salah
"Pernah mendengar muslim negarawan?" Belum lama ini membaca di jaket temenku yang bertulis seperti itu. Salut buat mereka karna aku menjadi negarawan aja sulit, apalagi menjadi seorang muslim, ajarin donk..
"Mau menjadi muslim negarawan?" Mau banget!! tapi apa aku bisa jika kelakuanku masih seperti ini:
- masih menjelek-jelekkan orang lain, padahal setauku di Islam melarang itu
- lebih peduli nasib bangsa lain daripada nasib bangsa sendiri
- lebih suka memprotes daripada ikut berpartisipasi (aku banget)
Setiap membaca tulisan itu seperti ada yang menampar mukaku untuk selalu mengingatkanku menjadi dua unsur tersebut, seorang Muslim dan Seorang Negarawan. Terima kasih sudah mengingatkanku dan juga orang lain yang merasa tersindir.
Andai tulisan itu adalah produk dari Joger atau Dagadu, pasti laku keras...
Menjadi seorang muslim merupakan sebuah cita-cita bagi diriku. Muslim bagi aku bukan sekedar beragama Islam, ketika bertemu mengucapakan Assalamualikum, memanggil temannya dengan sebuah panggilan 'antum' / 'anti' atau 'akhi' / 'ukthi', sholat di masjid tepat waktu, sering ikut kajian, hafal Al-Quran lebih dari 30 surat, dll. Itu semua memang bukan hal yang biasa aku lakukan sehingga aku iri dengan orang-orang yang bisa melakukannya.
Tapi bukan karena keirianku, karena mereka lebih baik dari saya, trus mengecap mereka bukan muslim. Setauku muslim itu orang yang memeluk agama Islam, jadi siapa saja yang beragama Islam berhak menganggap dirinya muslim, termasuk mereka dan saya.
"Trus kenapa aku menganggap diri aku belum muslim?" padahal aku juga beragama Islam!
Bagi aku, muslim bukan sekedar beragama Islam, tetapi juga menjalankan ajaran-ajaran didalam agama dan menjauhi segala larangannya. Dan itu aku belum bisa melakukannya.
"Tetapi orang-orang diatas kan sudah melakukan semua perintah-Nya?" mulai dari sholat sampai amalan-amalan kecil lainnya!
"Iya, betul, tetapi apakah mereka juga peduli dengan masyarakat sekitarnya?" Mereka lebih peduli dengan saudaranya di Palestina sana bahkan sampai berdemo
"Apakah masyarakat sekitarnya bukan saudaranya?" Kalau aku menganggap disekitarku adalah suadaraku karena aku lahir disini, dibesarkan disini, ketika susah juga orang disini yang membantuku dan aku lebih bangga memasang sang Merah Putih di jaket daripa bendera negara lain.
"Memasang bendera negara lain di jaket apakah bisa disebut negarawan?" Setauku negawaran itu orang yang cinta negaranya dan mau berkorban untuk negaranya, bukan orang yang ikut mengatur negara ini, apalagi memakai identitas negara lain.
"Apakah pernah mendengar seorang negarawan yang mengaku dirinya 'negarawan'?" Seingatku sich belum pernah, mungkin aku masih terlalu muda dan kurang banyak membaca ataupun dengerin berita tentang seorang yang mengaku negarawan, semoga saja aku salah
"Pernah mendengar muslim negarawan?" Belum lama ini membaca di jaket temenku yang bertulis seperti itu. Salut buat mereka karna aku menjadi negarawan aja sulit, apalagi menjadi seorang muslim, ajarin donk..
"Mau menjadi muslim negarawan?" Mau banget!! tapi apa aku bisa jika kelakuanku masih seperti ini:
- masih menjelek-jelekkan orang lain, padahal setauku di Islam melarang itu
- lebih peduli nasib bangsa lain daripada nasib bangsa sendiri
- lebih suka memprotes daripada ikut berpartisipasi (aku banget)
Setiap membaca tulisan itu seperti ada yang menampar mukaku untuk selalu mengingatkanku menjadi dua unsur tersebut, seorang Muslim dan Seorang Negarawan. Terima kasih sudah mengingatkanku dan juga orang lain yang merasa tersindir.
Andai tulisan itu adalah produk dari Joger atau Dagadu, pasti laku keras...
Posting Komentar