aborsi
baru aja dengar tentang seorang mahasiswi yang meninggal karena melakukan aborsi. Ngeri banget yaa... Mau menyelamatkan harga diri malah nyawa yang melenggang.
Sebegitu mahalkah nilai suatu harga diri? Hingga bisa ditukar dengar nyawa??
Apakah harga diri memang harus tetap dipertahankan? Padahal sekarang kan harga diri bosa dibeli??
Kembali ke aborsi...
kalau aborsi semakin merebak berarti banyak kehamilan yang tidak diinginkan
apalagi terjadi pada mahasiswa, bisa dipastikan karena hubungan di luar nikah,
jadi bisa dibilang pergaulan bebas juga sudah merebak.
Kalau berani berbuat kenapa tidak berani menanggung resiko? Kenapa bayi hasil perbuatan mereka yang menjadi korbannya? Apakah dia sudah melakukan kesalahan? Apakah dia sudah mengecewakan kedua orang tuanya sehingga pantas untuk dibunuh? Mungkin mereka yang ingin aborsi harus membaca email dari temenku ini:
Mama sayang,
Aku di surga sekarang, duduk di pangkuan Tuhan.
Ia mengasihiku dan menangis bersamaku sebab
pedih pilu hatiku. Begitu ingin aku menjadi putri
mungil mu.
Tidak terlalu mengerti aku akan apa yang telah
terjadi. Aku begitu bergairah ketika mulai
menyadari
keberadaanku. Aku ada di suatu tempat yang
gelap, namun nyaman. Aku melihat aku punya jari-
jari dan jempol. Aku cantik seturut
perkembanganku, tapi belum siap meninggalkan
tempatku.
Aku menghabiskan sebagian besar waktuku
dengan berpikir atau tidur. Bahkan sejak hari-hari
pertamaku, aku merasakan ikatan istimewa antara
engkau dan aku.
Kadang aku mendengarmu menangis, dan aku
menangis bersamamu.
Kadang engkau berteriak dan memaki, lalu aku
menangis.
Aku dengar Papa memaki balik.
Aku sedih dan berharap engkau akan segera baik
kembali.
Aku heran mengapa engkau begitu sering
menangis.
Suatu hari engkau menangis hampir sepanjang
hari.
Pilu hatiku karenanya.
Tak dapat kubayangkan mengapa engkau begitu
berduka.
Pada hari itu juga, hal yang paling mengerikan
terjadi.
Suatu monster yang amat keji masuk ke tempat
hangat dan nyaman di mana aku berada.
Aku sangat takut, aku mulai menjerit, tapi tak
sekalipun engkau berusaha menolong. Mungkin
engkau tak pernah mendengarku……..
Monster itu semakin lama semakin dekat
sementara
aku terus berteriak, “Mama, Mama, tolong aku…..,
Mama……tolong aku.”
Suatu teror yang ngeri aku rasakan. Aku berteriak
dan berteriak…….hingga tak sanggup lagi. Lalu
monster itu mulai mencabik lenganku. Sungguh
sakit rasanya, sakit yang tak kan pernah dapat
kuungkapkan dengan kata. Monster itu tidak
berhenti. Oh….bagaimana aku harus mohon agar ia
berhenti. Aku menjerit sekuat tenaga sementara ia
mencabik putus kakiku.
Sepenuhnya aku dalam kesakitan, aku sekarat.
Aku tahu tak kan pernah aku melihat wajahmu atau
mendengarmu membisikkan betapa engkau
mengasihiku.
Aku ingin menghapus butir-butir air matamu.
Aku punya begitu banyak rencana untuk
membuatmu bahagia, Mama….Tapi aku tak dapat.
Mimpi-mimpiku musnah sudah.
Walau menanggung sakit tak terperi pedih dan
pilunya hati kurasakan melampaui segalanya.
Lebih dari segalanya aku ingin menjadi putrimu.
Tak ada gunanya sekarang, aku meregang nyawa
dalam sengsara tak terkatakan. Hanya hal-hal
buruk yang terlintas di benakku. Begitu ingin aku
mengatakan bahwa aku mengasihimu, sebelum
aku pergi. Tapi, aku tak tahu kata-kata yang dapat
engkau mengerti.
Dan segera saja, aku tak lagi punya napas untuk
mengatakannya; aku mati.
Aku merasa diriku terangkat, seorang malaikat
besar membawaku ke suatu tempat yang besar
dan indah. Aku masih menangis, tapi segala rasa
sakit tubuhku sirna sudah. Malaikat membawaku
kepada Tuhan dan membaringkanku dalam pelukan
Nya. Tuhan mengatakan bahwa Ia mencintaiku.
Lalu, aku merasa bahagia. Kutanya pada-Nya, apa itu yang
membunuhku.
Jawab-Nya,
“Aborsi, Aku menyesal anak-Ku; karena Aku tahu
bagaimana ngeri rasanya.”
Aku tidak tahu apa itu aborsi; Aku pikir mungkin
nama monster itu.
Aku menulis untuk mengatakan betapa aku
mengasihimu……dan mengatakan padamu betapa
ingin aku menjadi putri mungilmu.
Aku telah berjuang sehabis-habisnya untuk hidup,
aku ingin hidup……! Kuat keinginanku, tapi aku tak
mampu; monster itu terlalu kuat…Dicabik-cabiknya
lengan dan kakiku dan akhirnya seluruh
tubuhku…..
Tak mungkin bagiku untuk hidup. Aku hanya ingin
engkau tahu bahwa aku berusaha tinggal
bersamamu. Aku tidak mau mati! Juga Mama,
berhati-hatilah terhadap monster bernama aborsi itu.
Mama aku mengasihimu…..Aku sedih engkau harus
menanggung rasa sakit seperti yang kualami.
Berhati-hatilah,
Peluk cium,
Bayi Perempuanmu………
sumber: Silent Scream of a Baby
Sebegitu mahalkah nilai suatu harga diri? Hingga bisa ditukar dengar nyawa??
Apakah harga diri memang harus tetap dipertahankan? Padahal sekarang kan harga diri bosa dibeli??
Kembali ke aborsi...
kalau aborsi semakin merebak berarti banyak kehamilan yang tidak diinginkan
apalagi terjadi pada mahasiswa, bisa dipastikan karena hubungan di luar nikah,
jadi bisa dibilang pergaulan bebas juga sudah merebak.
Kalau berani berbuat kenapa tidak berani menanggung resiko? Kenapa bayi hasil perbuatan mereka yang menjadi korbannya? Apakah dia sudah melakukan kesalahan? Apakah dia sudah mengecewakan kedua orang tuanya sehingga pantas untuk dibunuh? Mungkin mereka yang ingin aborsi harus membaca email dari temenku ini:
Mama sayang,
Aku di surga sekarang, duduk di pangkuan Tuhan.
Ia mengasihiku dan menangis bersamaku sebab
pedih pilu hatiku. Begitu ingin aku menjadi putri
mungil mu.
Tidak terlalu mengerti aku akan apa yang telah
terjadi. Aku begitu bergairah ketika mulai
menyadari
keberadaanku. Aku ada di suatu tempat yang
gelap, namun nyaman. Aku melihat aku punya jari-
jari dan jempol. Aku cantik seturut
perkembanganku, tapi belum siap meninggalkan
tempatku.
Aku menghabiskan sebagian besar waktuku
dengan berpikir atau tidur. Bahkan sejak hari-hari
pertamaku, aku merasakan ikatan istimewa antara
engkau dan aku.
Kadang aku mendengarmu menangis, dan aku
menangis bersamamu.
Kadang engkau berteriak dan memaki, lalu aku
menangis.
Aku dengar Papa memaki balik.
Aku sedih dan berharap engkau akan segera baik
kembali.
Aku heran mengapa engkau begitu sering
menangis.
Suatu hari engkau menangis hampir sepanjang
hari.
Pilu hatiku karenanya.
Tak dapat kubayangkan mengapa engkau begitu
berduka.
Pada hari itu juga, hal yang paling mengerikan
terjadi.
Suatu monster yang amat keji masuk ke tempat
hangat dan nyaman di mana aku berada.
Aku sangat takut, aku mulai menjerit, tapi tak
sekalipun engkau berusaha menolong. Mungkin
engkau tak pernah mendengarku……..
Monster itu semakin lama semakin dekat
sementara
aku terus berteriak, “Mama, Mama, tolong aku…..,
Mama……tolong aku.”
Suatu teror yang ngeri aku rasakan. Aku berteriak
dan berteriak…….hingga tak sanggup lagi. Lalu
monster itu mulai mencabik lenganku. Sungguh
sakit rasanya, sakit yang tak kan pernah dapat
kuungkapkan dengan kata. Monster itu tidak
berhenti. Oh….bagaimana aku harus mohon agar ia
berhenti. Aku menjerit sekuat tenaga sementara ia
mencabik putus kakiku.
Sepenuhnya aku dalam kesakitan, aku sekarat.
Aku tahu tak kan pernah aku melihat wajahmu atau
mendengarmu membisikkan betapa engkau
mengasihiku.
Aku ingin menghapus butir-butir air matamu.
Aku punya begitu banyak rencana untuk
membuatmu bahagia, Mama….Tapi aku tak dapat.
Mimpi-mimpiku musnah sudah.
Walau menanggung sakit tak terperi pedih dan
pilunya hati kurasakan melampaui segalanya.
Lebih dari segalanya aku ingin menjadi putrimu.
Tak ada gunanya sekarang, aku meregang nyawa
dalam sengsara tak terkatakan. Hanya hal-hal
buruk yang terlintas di benakku. Begitu ingin aku
mengatakan bahwa aku mengasihimu, sebelum
aku pergi. Tapi, aku tak tahu kata-kata yang dapat
engkau mengerti.
Dan segera saja, aku tak lagi punya napas untuk
mengatakannya; aku mati.
Aku merasa diriku terangkat, seorang malaikat
besar membawaku ke suatu tempat yang besar
dan indah. Aku masih menangis, tapi segala rasa
sakit tubuhku sirna sudah. Malaikat membawaku
kepada Tuhan dan membaringkanku dalam pelukan
Nya. Tuhan mengatakan bahwa Ia mencintaiku.
Lalu, aku merasa bahagia. Kutanya pada-Nya, apa itu yang
membunuhku.
Jawab-Nya,
“Aborsi, Aku menyesal anak-Ku; karena Aku tahu
bagaimana ngeri rasanya.”
Aku tidak tahu apa itu aborsi; Aku pikir mungkin
nama monster itu.
Aku menulis untuk mengatakan betapa aku
mengasihimu……dan mengatakan padamu betapa
ingin aku menjadi putri mungilmu.
Aku telah berjuang sehabis-habisnya untuk hidup,
aku ingin hidup……! Kuat keinginanku, tapi aku tak
mampu; monster itu terlalu kuat…Dicabik-cabiknya
lengan dan kakiku dan akhirnya seluruh
tubuhku…..
Tak mungkin bagiku untuk hidup. Aku hanya ingin
engkau tahu bahwa aku berusaha tinggal
bersamamu. Aku tidak mau mati! Juga Mama,
berhati-hatilah terhadap monster bernama aborsi itu.
Mama aku mengasihimu…..Aku sedih engkau harus
menanggung rasa sakit seperti yang kualami.
Berhati-hatilah,
Peluk cium,
Bayi Perempuanmu………
sumber: Silent Scream of a Baby
Posting Komentar