« Home | Skripsi » | Muslim Negarawan » | HP » | sidang tilang » | dah 4 tahun tidak ikut upacara 17 agustusan...kang... » | benci jadi cinta » | aborsi » | mimpi » | mana yang lebih baik » | bimbang »

MALU

tadi siang aku sempat berbicara dengan seorang bapak-bapak yang berkerja di bidang tranportasi, umurnya sekitar 50 tahun. Bapak tadi, dulunya bekerja sebagai sopir dan sekarang bekerja di kantor cabang perusahaan bus tersebut.

Sebagai seorang mahasiswa, apalagi sudah lulus dan tinggal menunggu wisuda, berbicara dengan bapak ini merupakan sesuatu yang mudah, karena dari segi ilmu pengetahuan dan pendidikan pasti lebih tinggi aku. Aku hanya kalah dari segi umur saja.

kemudian dia mulai bercerita tentang pengalaman dia sebagai sopir hingga sampai kehidupan yang sekarang. Sampai pada cerita ini, aku masih biasa saja, karena sudah sering berjumpa dengan orang yang lebih tua dan menceritakan perjuangan hidupnya.

beberapa saat kemudian cerita mulai mengarah ke persoalan negara yang ada di negara ini. ketika ini aku mulai angkat bicara karena bidang ini aku yakin lebih mengerti daripada bapak ini karena sudah banyak teori yang aku pelajari di kuliah tentang negara. tetapi akhirnya aku hanya terdiam mendengar penjelasan-penjelasan dia selanjutnya.

ketika berbicara mengenai kemiskinan, dia bukan hanya menjelaskan secara nyata apa yang ada di masyarakat, tetapi juga solusinya. Banyaknya pengangguran di negara ini kata dia karena di sekolah kita tidak dididik untuk membuat lapangan kerja, di sekolah atau kampus kita diarahkan untuk menjadi "pencari kerja" bukan "pembuat kerja". ketika dia bercerita ini aku merasa telah salah menilai bapak ini.

dengan posisi saat ini, yang aku hanya tinggal menunggu wisuda, rasanya sangat malu mendengar perkataan bapak itu. Apalah artinya aku sebagai seorang wisuda jika nantinya menambah antrian pengangguran di negara ini? Ketika habis ujian pendadaran rasanya sudah puas karena rasanya sudah melakukan banyak hal sehingga bisa wisuda dengan berani mengangkat muka.

tetapi setelah pertemuan dengan itu, rasanya ingin menunda wisuda, ingin rasanya kerja dulu untuk menghilangkan status menganggur, ingin rasanya mengajak orang lain walaupun satu, untuk bekerja sama aku sehingga dia tidak menganggur lagi, ingin rasanya menerapkan ilmu-ilmu yang aku peroleh, ingin rasanya sibuk lagi, ingin rasanya berguna lagi bagi orang lain.

Apa bedanya seorang wisuda, lulusan SD, SMP, SMA, atau tidak pernah sekolah sama sekali jika akhirnya ketika dewasa sama-sama menganggur? Menjadi sarjana hanya memperoleh status bukan sebuah jaminan kerja.

trus siapa yang salah jika seorang sarjana menganggur? Yang pasti individu tersebut, termasuk aku, karna tidak bisa menerapkan ilmu-ilmu yang sudah diperoleh di bangku kuliah. Ketika kuliah tidak begitu serius karena hanya mengejar sebuah gelar, bukan sebuah ilmu. Ketika kuliah hanya mengejar sebuah nilai, bukan sebuah pengetahuan.

menyalahkan orang lain sudah bukan jamannya lagi, apalagi menyalahkan sebuah sistem. Baik buruknya sebuah sistem tergantung orang yang ada di dalamnya, bukan karna sistem tersebut tidak tepat.

mungkin wisuda kali ini aku persembahkan untuk keluarga saja, karena mereka yang telah membiayai diriku selama ini. Status sarjana ini biarlah menjadi kebanggan mereka....Sedangkan diriku merasa belum layak untuk menyandang

Google Docs & Spreadsheets - Pengolah kata dan spreadsheet web. Edit halaman ini (jika Anda punya izin) | Laporkan spam